Earth 2.0
Bumi merupakan planet ketiga dari
matahari yang terletak di galaksi Bimasakti. Hingga saat ini Bumi menjadi
satu-satunya planet di galaksi yang memungkinkan kita sebagai manusia untuk
hidup dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini disebabkan karena planet Bumi
memiliki karakteristik yang memungkinkan manusia hidup, diantaranya ialah
ukuran planet/satelit, kandungan senyawa pada atmosfer, ketersediaan air, kadar
asam, suhu, dan sebaginya . Bumi yang sudah berusia sekitar 4,54 miliar tahun,
tergolong cukup tua dan mulai mengalami penurunan kemampuan dalam menyediakan
berbagai kebutuhan manusia. Disamping itu peningkatan jumlah manusia yang
menyebabkan kerusakan dan kurangnya lahan di muka Bumi ini. Hal inilah yang
memicu para ilmuan untuk menemukan tempat baru yang dapat dijadikan tempat
peradaban manusia yang baru, atau dapat diatakan sebagai “Earth 2.0”.
Menemukan lokasi ekstraterestrial
yang memiliki karateristik yang sama dengan Bumi sehingga dapat dijadikan
tempat tinggal baru untuk manusia tidaklah mudah. Salah satu tempat yang
memiliki karakteristik sebagai Earth 2.0 ialah Europa. Europa adalah bulan
terkecil yang dimiliki oleh planet Jupiter. Europa ditemukan oleh Galileo
Galilei pada tahun 1610. Jarak Europa dari matahari ialah 780,000,000 km dengan
massa 4.8x1022 kg. Permukaan Europa tersusun atas lapisan air es. Beberapa data
juga membuktikan bahwa Europa memiliki lapisan dalam yang terdiri atas inti
metalik. Kandungan inti dalam Europa sagat kaya akan silikat sehingga
memungkinkan mikroba dan bakteri multisel lainnya untuk hidup dan memungkinkan
untuk memulai adanya kehidupan organisme lain di masa yang akan datang.
Europa juga mengalami gaya magnetic
yang disebabkan karena adanya interaksi dengan planet Jupiter. Adanya gaya magnetik
ini menyebabkan lapisan dibawah permukaan air tetap hangat karena terjadi
pasang surut yang dapat menjaga suhu. Kehidupan dibawah permukaan laut Europa
memiliki kesamaan dengan kehidupan mikroba di laut dalam yang ada di bumi, yang
dapat ditemukan di wilayah hydrothermal
vent.
Berdasarkan pengamatan
menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble, Europa memiliki atmosfer yang sangat
tipis (1e-11 bar) yang tersusun atas oksigen. Kandungan oksigen pada atmosfer
Europa terbentuk dari sinar matahari yang mengakibatkan pemisahan senyawa air
menjadi atom hydrogen dan oksigen, dimana hydrogen akan meninggalkan atom
oksigen. Atom okigen inilah yang membentuk lapisan pada atmosfer Europa. Meskipun tersusun atas oksigen, lapisan
atmosfer dari Europa masih belum dapat membentuk lapisan ozon seperti di Bumi hal
ini disebabkan karena kandungan dari beberapa senyawa yang tidak ditemukan pada
lapisan atmosfer di Europa.
Meskipun sudah ditemukan
beberapa bukti adanya kehidupan mikroba di Europa namun, satelit ini masih
belum dapat dijadikan tempat peradaban bagi manusia. Sekarang ini keadaan lingkungan
Europa masih belum menunjang kehidupan manusia, sehingga masih terus dilakukan
penelitian dari NASA untuk mengeksplor adanya kemungkinan siklus lingkungan
Europa yang nantinya di masa depan dapat menjadi tempat peradaban manusia dan
organisme lain sehingga Europa dapat diklaim sebagai “Earth 2.0”.